Akuaponik, kombinasi akuakultur dan hidroponik
Akuaponik adalah kombinasi akuakultur dan hidroponik yang bertujuan untuk memelihara ikan dan tanaman dalam satu sistem yang saling terhubung. Interaksi antara ikan dan tanaman menghasilkan lingkungan yang ideal untuk tumbuh sehingga lebih produktif dari metode tradisional (Rakocy et al. 1997).
Penelitian tentang akuaponik dimulai oleh Universitas Virgin
Island (UVI) sejak tahun 1971, penelitian berawal dari sulitnya memelihara ikan
air tawar dan sayuran di pulau Semiarid, Australia. Hasil dari penelitian
tersebut kemudian digunakan sebagai dasar pada sistem akuaponik untuk tujuan
komersil, namun upaya pengembangan sistem ini masih mengalami banyak kendala,
barulah pada tahun 1980-an sistem akuaponik mulai berkembang luas (Rakocy et al. 1997). Sampai tahun 1980-an,
seluruh usaha dalam menggabungkan akuakultur dan hidroponik tidak semuanya
berhasil, namun beragam inovasi yang dilakukan telah mengubah teknologi
akuaponik menjadi salah sistem untuk memproduksi bahan makanan (Diver, 2006).
Karena akuaponik hemat energi, mencegah keluarnya limbah ke lingkungan,
menghasilkan pupuk organik untuk tanaman (lebih baik dari bahan kimia),
menggunakan kembali air limbah melalui biofiltrasi dan menjamin produksi bahan
makanan melalui multi-kultur, membuat akuaponik pantas dikatakan salah satu
model panutan untuk green technology
(Wahap et al. 2010).
Pada sistem akuaponik, aliran air kaya nutrisi dari media
pemeliharan ikan digunakan untuk menyuburkan tanaman hidroponik. Hal ini baik
untuk ikan karena akar tanaman dan rhizobakter mengambil nutrisi dari air.
Nutrisi yang berasal dari feses, urin
dan sisa pakan ikan adalah kontaminan yang menyebabkan meningkatnya kandungan
racun pada media pemeliharaan, tetapi air limbah ini juga menyediakan pupuk cair
untuk menumbuhkan tanaman secara hidroponik. Sebaliknya, media hidroponik
berfungsi sebagai biofilter, yang
akan menyerap amonia, nitrat, nitrit dan fosfor sehingga air yang sudah bersih
dapat di alirkan kembali ke media pemeliharaan (Diver, 2006). Bakteri nitrifikasi yang terdapat pada media
hidroponik memiliki peran penting dalam siklus nutrisi, tanpa mikroorganisme
ini seluruh sistem tidak akan berjalan. Amonia dan nitrit bersifat racun bagi
ikan, tetapi nitrat lebih aman dan merupakan bentuk dari nitrogen yang
dianjurkan untuk pertumbuhan tanaman seperti buah-buahan dan sayuran (Rakocy et
al. 2006).
Kelebihan akuaponik dari sistem lainnya (ECOLIFE, 2011) :
1. Sistem akuaponik berjalan dengan
prinsip zero enviromental impact.
Akuaponik dapat menghasilkanikan berkualitas baik dan tanaman organik tanpa
pupuk buatan, pestisida maupun herbisida.
2. Sistem akuaponik memanfaatkan air
dengan bijak. Sistem ini menggunakan 90% lebih sedikit air daripada menanam
tanaman dengan cara konvensional dan menggunakan air 97% lebih sedikit dari sistem akuakultur
biasa.
3. Sistem akuaponik serbaguna dan mudah
beradaptasi. Sistem ini dapat dibangun dengan segala ukuran dan cocok untuk
berbagai tempat.
Sebagian besar ikan air tawar yang
tahan terhadap padat tebar tinggi akan tumbuh dengan baik pada sistem akuaponik
(Rackocy et al. 2006). Beberapa jenis
ikan yang telah dibudidayakan menggunkan sistem akuaponik adalah lele (Catfish), rainbow trout, mas (Common carp), koi, mas koki dan baramundi
(Asian sea bass). Tanaman yang digunakan dalam sistem akuaponik
berupa tanaman sayur (bayam, kemangi, kangkung) dan tanaman buah (tomat,
mentimun, paprika). Media tanam yang
digunakan dalam sistem akuaponik sama dengan cara bertanam hidroponik, yaitu
dengan menggunakan batu apung, pasir, sabut kelapa, batu kerikil dan nutrient film (ECOLIFE, 2011).
Berikut sistem akuaponik indoor yang pernah saya buat, teknik resirkulasi air pada sistem ini dirancang dengan prinsip continous flow. Untuk komunitas budidayanya, saya menggunakan ikan nilem dan untuk tanaman hidroponiknya saya menggunakan kangkung darat.
Daftar Pustaka
Diver, S. 2006. Aquaponics – Integration of Hydroponics with
Aquaculture. National Sustainable Agriculture Information Service, Australia.
ECOLIFE Foundation. 2011. Introduction
to Village Aquaponics. ECOLIFE, 324 State Place, Escondido, CA 92029. 25
hlm.
Rackocy, J.E., D.S. Bailey., K.A Shultz., W.M.
Cole. 2006. Development of an Aquaponic System for the Intensive Production of Tilapia and
Hydroponic Vegetables. Universitiy of the Virgin Island Agricultural
Experiment
Station. Kingshill, U.S Virgin Island.
Rakocy, J. E., M.P Masser dan T.M Losordo. 2006.
Recirculating Aquaculture Tank Production Systems : Aquaponics – Integrating
Fish and Plant Culture. Southern Regional Aquaculture Center, United States of Agriculture,
USA. Publication No. 454.
Wahap, N.,
A. Estim., A.Y.S Kian., S. Senoo dan S. Mustafa. 2010. Producing Organic Fish and Mint in an
Aquaponic System. Borneo Marine Research
Institue, Sabah, Malaysia.
bang.. adakah nutrisi tambahan untuk tanamannya selain dari air akuakulturnya.. atau murni semua dari air akuakulturnya??
BalasHapusthx
Kalau menurut saya, dalam penerapan sederhana (sekala kecil) nutrisi dari media akuakultur sudah cukup untuk tanaman budidaya. Namun pada sistem akuaponik dengan skala yang lebih besar (industri), kita perlu melakukan riset mengenai kebutuhan nutrisi tanaman dan juga perlu mengetahui kandungan nutrisi yang terkandung pada media akuakutur. Tujuan dari riset ini adalah untuk optimalisasi pertumbuhan tanaman yang kita tanam.
BalasHapusmas ogi, media untuk meletakkan bibit kangkung menggunakan bahan apa, trims atas bantunnya
BalasHapusMakaaasih ya kang :)) bermanfaat sekali untuk tugas dasar-dasar budidaya. Ada sumbernya juga lagi. Sukses terus kang!!
BalasHapus